Laman

Senin, 07 Mei 2012

Psikologi Remaja


Masa remaja tidak pernah berhenti untuk dibicarakan, menurut Granville Stanley Hall (Mappiare, 1982) “remaja sebagai storm and stress. Remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. E. B. Hurlock (1968) memberi batasan usia remaja mulai 13-21 tahun. Lanjut menurut Hurlock sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekwensi dari usaha penyelesaian diri pada perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Hal terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatkan pengaruh teman sebaya, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan dan nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial.
Sejalan dengan itu George Levinger dalam Yusuf (2001) berpendapat bahwa “remaja mulai mengenal minatnya terhadap lawan jenisnya, yang biasanya terjadi pada saat kontak dengan teman sebayanya. Dalam interaksi dengan kelompok remaja mulai tertarik pada anggotanya. Perasaan tertarik atau sikap positif terhadap teman dalam kelompok merupakan dasar bagi perkembangan hubungan pribadi yang akrab diantara anggota kelompok tersebut.
Harry Stack Sullivan mengemukakan bahwa teman sebaya dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan dasar akan kasih sayang (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan lingkungan sosial, keakraban dan hubungan seksual. Sullivan percaya bahwa kebutuhan untuk kedekatan meningkat pada masa remaja dan hal ini mendorong para remaja untuk mencari teman dekat. Sullivan merasa bahwa jika remaja gagal dalam membentuk persahabatan yang akrab, maka mereka akan mengalami perasaan kesepian diikuti dengan harga diri yang menurun.
Buhrmester & Furman menyampaikan penelitiannya bahwa remaja lebih mengandalkan teman dari pada orang tua untuk memenuhi kebutuhan untuk kebersamaan, untuk meyakinkan harga diri dan keakraban. Meningkatnya kedekatan dan pentingnya persahabatan memberi tantangan kepada remaja untuk menguasai kemampuan sosial yang lebih baik, termasuk bagaimana cara untuk membuka diri sendiri dengan tepat, mampu menyediakan dukungan emosi kepada teman dan menangani ketidaksetujuan agar tidak merusak keakraban dan persahabatan.
Jadi, teman-teman sekalian, begitu pentingnya akan suatu pertemanan, persahabatan, keakraban dll yang menyangkut mengenai jalinan kebersamaan. Aa Gym senantiasa dalam hampir setiap ceramahnya mengatakan “ indahnya kebersamaan “. Sehingga tidak ada alasan lagi yang dapat menghalangi kita untuk membentuk komunitas. Entah teman-teman mau buat komunitas seperti apa, terserah…., yang jelas komunitas itu bermanfaat buat diri sendiri dan juga buat teman yang lain serta masyarakat sosial sekeliling kita. 


LITERATUR:
Dayakisni T dan Hudaniah. 2001. Psikologi Sosial. Malang: Universitas Negeri Malang.
Elizabeth B. Hurlock. 1968. Developmental Psychology. New York: Edisi Ketiga. Mc. Graw Hill Book Company.
Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: Presrhallindo.
Jersild, Arthur T. Brook, Judits S. and Brook, David IV. 1978 The Psychology of Adolescence. New York: Edisi Ketiga. Macmillan Publishing Co. Inc.
Mappiare.1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Sarwono S. W. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.
Schultz D. Psikologi Pertumbuhan Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.
Yusuf Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar