Sumber Gambar: http://www.123rf.com |
Awal mula dari
pembentukan kebijakan Doi Moi,
ini sendiri merupakan keberlanjutan
terhadap situasi sosial dan perekonomian Vietnam yang pada masa itu masih berada pada tahap awal perbaikan akibat dari kehancuran yang
dialami selama perang Vietnam yang berlangsung antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Di manaperang
tersebut merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yakni Komunis dan Liberal. Dari perang tersebut pun mengantarkan
Vietnam untuk melakukan reunivikasi
antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan
dan berideologi liberal. Vietnam kala
itu negara menghadapi krisis ekonomi di
mana, meskipun harga dikontrol negara, tetapi pasar tetap mengalami inflasi
lebih dari 700 persen per tahun. Jumlah ekspor sekitar US $ 500 juta adalah
kurang dari setengah total nilai impor (US $ 1.221 juta) dan itu merupakan
tingkat perdagangan per kapita yang sangat rendah menurut standar Asia Timur.
Sebagai
hasil dari Doi Moi, perusahaan swasta diizinkan dalam produksi komoditas oleh Partai Komunis Vietnam, lebih jauh lagi, dan kemudian didorong dalam sektor industri
pertanian Vietnam, yang sebelumnya ditinggalkan oleh Komunis yang berwenang,.
Reformasi Doi Moi pun menyebabkan perkembangan
dari apa yang sekarang disebut sebagai ekonomi
pasar berorientasi sosialis,[1] di mana negara memainkan
peran penting dalam perekonomian, namun perusahaan swasta dan koperasi
memainkan peran penting dalam produksi komoditas. Doi Moi membantu Vietnam
membangun hubungan diplomatik dengan kapitalis Barat dan Asia Timur pada 1990-an. Partai Komunis Vietnam telah menegaskan
kembali komitmennya terhadap orientasi ekonomi sosialis, dan bahwa Doi Moi
merupakan renovasi ekonomi dimaksudkan untuk memperkuat sosialisme.[2] Reformasi ekonomi ini
pun yang diperkenalkan sebagai kekuatan
pasar Vietnam yang disamakan dengan yang reformasi ekonomi modern China .
Maka dari penjelasan singkat di atas
adapun kami mengangkat judul “Pengaruh Reformasi Doi Moi Terhadap Perekonomian dan Perpolitikan
Vietnam” untuk lebih memahami lebih lanjut terhadap pengaruh refoemasi tersebut
terhadap bentukperekonomian dan perpolitikan Vietnam kedepannya.
A.
Pengaruh Reformasi Doi Moi terhadap Perekonomian
Vietnam
Vietnam
mulai menata kembali perekonomian negaranya dari puing-puing kehancuran perang
Vietnam di tahun 1964. Perang tersebut membuat Vietnam harus berhutang kepada
Rusia untuk membiyayai perang di negaranya dengan bunga yang tidak sedikit.
Karena hal itulah di Vietnam terjadi bencana kelaparan pasca perang Vietnam.
Reformasi
ekonomi yang terkenal dengan sebutan doi moi yang dicanangkan oleh pemerintah
Vietnam, mampu merubah kebijakan ekonominya sehingga Vietnam memiliki ekonomi
terbuka. Dibukalah jalur investasi asing. Dengan adanya keterbukaan ekonomi ini
maka akan memberikan peluang bagi Vietnam untuk memperkuat ekonomi dan
pertahanannya. Meskipun secara ideologis negara ini menganut sistem sosialis,
namun, Partai Komunis Vietnam tetap memberikan peran kepada swasta dan
masyarakat untuk bergerak dibidang ekonomi.
Pemerintah
Vietnam menarik investasi asing sebanyak mungkin kedalam negeri. Seperti
konfrensi yang diadakan di Paris, terdaftar 16 negara pendonor yang akan memberikan
investasi kepada Vietnam.
Salah
satunya yakni Jepang,
dengan memberikan bantuan sekitar US$ 550 juta. Agaknya Jepang memang tidak
tanggung-tanggung membantu Vietnam. Dari catatan penanaman modal di Vietnam, 4
Agustus lalu, Jepang tercatat melakukan investasi di sana sebanyak 59 proyek
dengan nilai US$ 517 juta.
Investasi Jepang itu
tampak lebih besar dibandingkan dengan penanaman modal yang dilakukan
negara-negara industri lainnya. Prancis, yang pernah menjajah Vietnam, hanya
memiliki 51 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 408 juta. Inggris cuma
melakukan investasi sebanyak 14 proyek dengan nilai US$ 375 juta.[5] Tidak kalah dengan
negara-negara lainnya, negara-negara macan Asia seperti Taiwan, misalnya,
menggarap 139 proyek dengan nilai US$ 1.680 juta. Hong Kong sebanyak 159 proyek
dengan nilai investasi sebesar US$ 1.570 juta. Korea Selatan menanam modal
untuk 77 proyek yang mempunyai nilai sekitar US$ 748 juta. Para investor asing
ini diberikan penghapusan pajak pada periode tertentu dan hak guna bangunan
selama 75 tahun.
Berkat adanya bantuan
dari negara-negara donor tersebut, ekonomi Vietnam mualai perlahan membaik.
Berada dalam rentan angka 7 dan 8% per tahunnya selama periode 1986-1990. Hasil
ini ditandai dengan adanya peningkatan GNP Vietnam.
Namun, perlu diingat
bahwa dengan jumlah bantuan yang begitu banyak, pihak Hanoi harus
memperhitungkan permasalahn yang akan timbul pada saat pembayaran cicilan
hutang dan bunga dilakukan. Pengalaman negara-negara sedang berkembang di Asia Tenggara, yang
saat ini terjebak oleh pembayaran cicilan dan bunga utang menjadi pelajaran
bagi Vietnam.[6]
Setelah
rencana dan strategi pembangunan sosial yang berdasarkan hasil rencana
sosio-ekonomi lima tahun antara tahun 1995-2000 ternyata membuahkan hasil, yakni
adanya perbaikan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi berjalan secara
linear dengan tingkat kesejahteraan rakyat, hal ini diketahui berdasarkan HDI
(Human Development Index).[7]
Kebijakan
Doi Moi juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk turut serta dalam
partisipasi ekonomi. Pada tahun 1998, Vietnam bergabung menjadi anggota ASEAN,
dan menjadi anggota APEC (Asia Pacific Economic Co), serta ikut merealisasikan
perdagangan bebas ASEAN yakni AFTA pada tahun 2006 dan menjadi anggota WTO pada
tahun yang sama.
Adanya
Doi Moi sangat berpengaruh bagi perkembangan perekonomian Vietnam. Dari sitem pasar sosialis terpusat menjadi
pasar liberal merupakan transformasi yangcukup signifikan dan memberikan dampak
yang begitu besar.
B.
Pengaruh Reformasi
Doi Moi terhadap Perpolitikan Vietnam
Vietnam sebagai negara bekas koloni Prancis dan Jepang dengan
perkembangan ideologi komunisnya merupakan negara yang memiliki dinamika
perpolitikan yang sangat unik dan menarik. Tidak terlepas dari bagaimana
Vietnam melewati masa kritisnya pasca perang Vietnam dan pembentukan reformasi
ekonomi Doi Moi.
Perpolitikan Vietnam walau dilatarbelakangi oleh pengaruh
komunis, namun terdapat pengaruh budaya yang sangat kuat dari China sebagai
negara yang pernah menjadi bagian kerajaan administrasi China. Pengaruh
tersebut terlihat dari adanya nilai-nilai konfusianisme dan Buddhisme Mahayana
di dalam sistem politik maupun birokrasi Vietnam. Sistem perpolitikan Vietnam
sendiri berpedoman pada konstitusi 1992 yang berorientasi pada sosialisme, namun
orientasi tersebut bergeser dengan pengaruh komunis yang kuat dalam organ
pemerintahan dan politik Vietnam.
Menyimak
kembali terhadap bagaimana reformasi Doi Moi dapat mempengaruhi prubahan arah
bentuk fokus dari perpolitikan Vietnam tidak terlepas dari masa awal Vietnam
yang merupakan neraga yang lebih memihak terhadap kubu Uni Soviet dan Cina pada
masa perang dingin, yang telah disebutkan sebelumnya bahwa hal
tersebut membawa pengaruh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
struktur pemerintahan Vietnam.
Di mana sebenarnya ada beberapa sikap politik negara kapitalis yang membuat
Vietnam menjadi musuh nyata bagi negara-negara kapitalis yang berniat
menjajahnya seperti Amerika Serikat (AS). Di mana dukungan Amerika Serikat kepada Prancis.
Sehingga Vietnam yang sedang berseteru mempertahankan wilayahnya tentu saja tak
senang dengan sikap politik AS itu. Serta pembangunan basis militer
Amerika Serikat di Thailand. Sebagai respon, Vietnam bersama Cina segera
memberikan dukungan kepada gerakan komunis di dalam negeri Thailand. Selain
itu, hal ini membuat Vietnam menganggap negara-negara yang mendukung AS yang
kapitalis sebagai negara boneka AS.
Dengan semangat
melawan imperialis ini politik luar negeri Vietnam semakin berkembang ke arah
revolusioner. Kemenangan dalam perang Vietnam melawan Amerika
merupakan pemicu perubahan struktur tata
negara Vietnam sendiri, sebab dari kemenangan tersebut terbentuk citra
internasional yang memandang Vietnam sebagai negara yang kuat, tidak hanya sebagai negara miskin, tetapi dari kelemahan ekonominya pada masa
itu kemenangan tersebut dapat
meningkatkan citra Vietnam.
Alur sejarahnya sendiri
dimulai Pada tahun 1977 di mana Vietnam semakin meningkatkan
agresivitasnya dengan melakukan invasi
atas Kamboja. Cina yang tak setuju memberi pelajaran dengan menyerang Vietnam
Utara dan membantu tentara Khmer Merah yang mengungsi di wilayah pinggiran
Barat dan Utara Kamboja.[8]
Selain itu,
Perserikatan Bangsa-Bangsa pun
meminta Vietnam menarik pasukannya untuk
mundur dari Kamboja, sehingga Dari tahun 1979 semakin banyak negara yang
menolak invasi Vietnam, yaitu 91 sampai tahun 1984 yaitu 110 negara menolak.
Ketidaksetujuan ini diikuti dengan menolaknya negara-negara itu untuk menjalin
hubungan dengan Vietnam. [9]
Vietnam yang baru awalnya mendapat simpati dunia atas kemenangan perang Vietnam
di tahun 1975 harus kembali terisolir
dari inetraksi internasional, maka dari hal ini lah Doi Moi memulai peran
pentingnya.
Pertama, karena
isolasi dari warga dunia, pemerintahan Vietnam memutuskan untuk lebih
memperhatikan kesejahteraan rakyat. Kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan
tidak bisa terus dibiarkan. Kedua, hal
itu membut Vietnam menarik mundur pasukan dari Kamboja. Penempatan dan
peperangan sangat menguras anggaran negara dan untuk itu mesti dikurangi. Ketiga, tahap
selanjutnya, pemerintahan Vietnam mulai melaksanakan Doi
Moi atau Renovasi yang lebih menekankan kerjasama
internasional setelah keterpurukan ekonomi.[10]
Perubahan agresivitas Vietnam menjadi lebih terbuka
terhadap bentuk politik luar negeri Vietnam yang tidak lagi memandang dunia
dalam pemahaman sosialis versus
kapitalis membuat Vietnam pun
mulai melaksanakan kerjasama bahkan dengan negara-negara Barat dan
Amerika. Pasca Perang Dingin, politik luar negeri Vietnam bertambah
pragmatis. Berubahnya agresivitas Vietnam ini salah satunya membuat ASEAN
menerima keanggotannya pada tahun 1995.
C.
Perbandingan Reformasi Doi Moi Vietnam dan Reformasi
Ekonomi China
Vietnam dan China merupakan
realitas dua negara authoritarian di bawah rejim Komunis. Secara pesimis
keduanya dinilai tidak mampu mengkonsolidasi demokrasi. Namun, pertumbuhan
ekonomi pesat hasil kebijakan Doi Moi yang diinisiasikan Vietnam tahun 1987 dan
Reformasi ekonomi Cina tahun 1978 merupakan sinyal positif bagi demokratisasi.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Vietnam tidak setinggi
ledakan
ekonomi Cina, namun keduanya tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi
yang konsisten. Baik Vietnam maupun Cina muncul sebagai negara komunis yang
perekonomiannya maju.[11]
Perbedaan yang terlihat adalah pada proses dan
teknis strategi kebijakan ekonomi, serta arah kebijakan yang
kian demokratis yang lebih nyata pada Vietnam bila dibandingkan dengan China.
Proses
reformasi yang terjadi di Vietnam
relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan China. Secara singkat proses reformasi ekonomi keduanya dapat digambarkan
dalam bentuk Big Bang
Versus Gradual. Pemerintah Vietnam
relatif lebih responsif terhadap kondisi perekonomiannya dan menyadari pentingnya reformasi.[12]
Secara teknis, juga
terlihat perbedaan dari aktor inisiatif. Doi Moi Vietnam diinisiasikan oleh elit politik yakni VCP (Vietnam Communist Party), sedangkan reformasi
China dilakukan oleh kelompok petani. Kebijakan Doi Moi Vietnam merupakan keputusan yang dihasilkan dari
pertimbangan domestik dan perbandingan dengan
lingkungan sekitar. Pertama, pertimbangan domestik didasarkan pada pandangan elit terhadap politik luar negeri yang sebelumnya
tidak begitu efektif serta memberi manfaat terhadap perekonomian domestik yang merupakan tolak ukur
keberhasilan negara. Yang kedua, kondisi ekonomi domestik yang
dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia
Tenggara yang mengalami kemakmuran membuat
Vietnam mulai merasa tertinggal.[13]
Reformasi ekonomi China pada tahun 1978 membuahkan hasil
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun proses
yang terjadi dalam masa reformasi ekonomi China berbeda dengan yang terjadi pada Vietnam. Strategi stimulus pembangunan ekonomi
China yang semula difokuskan pada pengembangan
daerah-daerah pedesaan mengalami perubahan secara bertahap
pada tahun 1984,
perubahan strategi pembangunan
ekonomi dengan sangat hati‐hati mengarahkan China ke ekonomi market oriented
dan difokuskan pada spesifik area
perkotaan. Reformasi ekonomi dengan strategi pembangunan
ekonomi terbatas tersebut menciptakan daerah‐daerah zona ekonomi yang eksklusif dialiri modal asing dan teknologi. Hal ini kemudian
menghasilkan disparitas ekonomi yang tinggi antara masyarakat perkotaan dengan pedesaan yang
kesempatannya sangat terbatas untuk berkembang. Dampak lebih
lanjutnya adalah tidak meratanya distribusi pendapatan dan berujung pada
kesenjangan
hidup yang kontras antara
masyarakat desa dan kota.
Bentuk dari alur perbandingan antara kedua reformasi ekonomi ini dapat
dilihat dari gambar:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jshi/article/viewFile/1125/1218 |
NB: Tulisan ini merupakan bagian dari tugas mata kuliah Pol Pem Asia Tenggara oleh, Herni Putrianti 20100510033, Khairiyah 20100510101, ST Khadijah Tinni 20100510112, Tety Rachmawati 20100510183, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
[1]
Dikutip dari http://www.tapchicongsan.org.vn/details_e.asp? Object=29152838&News_ID=18459436
[2] Dikutip dari http://www.cpv.org.vn/cpv/Modules/News/NewsDetail.aspx?co_id=30107&cn_id=144322
[3] Dikutip dari http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-investasi-adalah-definisi.html
[4] Scott London. The Political Philosophy of John Dewey. http://www.scottlondon.com/reports/dewey.html
[5] Dikutip dari http://www.lestari.info/2012/02/vietnam-setelah-do-moi.html
[6] Ibid., hal 1
[7] Helmia Asyathri, Perbandingan Demokratisasi Vietnam Dan China (Efek Doi‐Moi Vietnam 1987 Dan Reformasi Ekonomi China 1978)
[8] Stephen J. Morris. 1999. Why Vietnam Invaded Cambodia: Political Culture and the Causes of War. California: Stanford University Press, hal. 221.
[9] Arif Baktiar. Doi Moi. Dikutip dari http://ariefbakhtiar.wordpress.com/2010/10/27/doi-moi/
[10]Ibid .
[11] Pertumbuhan ekonomi kedua negara dilihat dari GDP pasca reformasi, GDP Vietnam padsa tahun 2009 mencapai 6.3% dan Cina mencapai 8,7% dalam http://www.indexmundi.com/vietnam/gdp_real_growth_rate.html.
[12] Dikutip dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jshi/article/viewFile/1125/1218
[13] Ibid.
[2] Dikutip dari http://www.cpv.org.vn/cpv/Modules/News/NewsDetail.aspx?co_id=30107&cn_id=144322
[3] Dikutip dari http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-investasi-adalah-definisi.html
[4] Scott London. The Political Philosophy of John Dewey. http://www.scottlondon.com/reports/dewey.html
[5] Dikutip dari http://www.lestari.info/2012/02/vietnam-setelah-do-moi.html
[6] Ibid., hal 1
[7] Helmia Asyathri, Perbandingan Demokratisasi Vietnam Dan China (Efek Doi‐Moi Vietnam 1987 Dan Reformasi Ekonomi China 1978)
[8] Stephen J. Morris. 1999. Why Vietnam Invaded Cambodia: Political Culture and the Causes of War. California: Stanford University Press, hal. 221.
[9] Arif Baktiar. Doi Moi. Dikutip dari http://ariefbakhtiar.wordpress.com/2010/10/27/doi-moi/
[10]Ibid .
[11] Pertumbuhan ekonomi kedua negara dilihat dari GDP pasca reformasi, GDP Vietnam padsa tahun 2009 mencapai 6.3% dan Cina mencapai 8,7% dalam http://www.indexmundi.com/vietnam/gdp_real_growth_rate.html.
[12] Dikutip dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jshi/article/viewFile/1125/1218
[13] Ibid.
terimakasih atas informasinya
BalasHapus