Laman

Selasa, 22 Januari 2013

Pengaruh Reformasi Doi Moi Terhadap Perekonomian dan Perpolitikan Vietnam

Sumber  Gambar: http://www.123rf.com
Doi Moi adalah nama yang diberikan kepada reformasi ekonomi di Vietnam yang diluncurkan pada Kongres Partai Komunis ke enam tahun 1986-an dengan tujuan untuk menciptakan " ekonomi pasar yang berorientasi sosialis". Istilah Doi Moi sendiri adalah istilah umum dengan penggunaan yang luas dalam bahasa Vietamese, namun Kebijakan Doi Moi (Chinh Sach Doi Moi) mengacu khusus untuk reformasi.
Awal mula dari pembentukan kebijakan Doi Moi, ini sendiri merupakan keberlanjutan  terhadap situasi sosial dan perekonomian Vietnam yang pada  masa itu masih berada pada tahap  awal perbaikan akibat dari kehancuran yang dialami selama perang Vietnam yang berlangsung antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Di manaperang tersebut merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yakni Komunis dan Liberal.  Dari perang tersebut pun mengantarkan Vietnam  untuk melakukan reunivikasi antara  Vietnam Utara dan Vietnam Selatan dan berideologi liberal. Vietnam  kala itu negara menghadapi krisis ekonomi di mana, meskipun harga dikontrol negara, tetapi pasar tetap mengalami inflasi lebih dari 700 persen per tahun. Jumlah ekspor sekitar US $ 500 juta adalah kurang dari setengah total nilai impor (US $ 1.221 juta) dan itu merupakan tingkat perdagangan per kapita yang sangat rendah menurut standar Asia Timur.
Sebagai hasil dari Doi Moi, perusahaan swasta diizinkan dalam produksi komoditas oleh Partai Komunis Vietnam, lebih jauh lagi, dan kemudian didorong dalam sektor industri pertanian Vietnam, yang sebelumnya ditinggalkan oleh Komunis yang berwenang,.
Reformasi Doi Moi pun menyebabkan perkembangan dari apa yang sekarang disebut sebagai ekonomi pasar berorientasi sosialis,[1] di mana negara memainkan peran penting dalam perekonomian, namun perusahaan swasta dan koperasi memainkan peran penting dalam produksi komoditas. Doi Moi membantu Vietnam membangun hubungan diplomatik dengan kapitalis Barat dan Asia Timur pada 1990-an. Partai Komunis Vietnam telah menegaskan kembali komitmennya terhadap orientasi ekonomi sosialis, dan bahwa Doi Moi merupakan renovasi ekonomi dimaksudkan untuk memperkuat sosialisme.[2] Reformasi ekonomi ini pun  yang diperkenalkan sebagai kekuatan pasar Vietnam yang disamakan dengan yang reformasi ekonomi modern China .
Maka dari penjelasan singkat di atas adapun  kami mengangkat judul “Pengaruh Reformasi Doi Moi  Terhadap Perekonomian dan Perpolitikan Vietnam” untuk lebih memahami lebih lanjut terhadap pengaruh refoemasi tersebut terhadap bentukperekonomian dan perpolitikan Vietnam kedepannya.

A.   Pengaruh Reformasi Doi Moi terhadap Perekonomian Vietnam
Vietnam mulai menata kembali perekonomian negaranya dari puing-puing kehancuran perang Vietnam di tahun 1964. Perang tersebut membuat Vietnam harus berhutang kepada Rusia untuk membiyayai perang di negaranya dengan bunga yang tidak sedikit. Karena hal itulah di Vietnam terjadi bencana kelaparan pasca perang Vietnam.
Reformasi ekonomi yang terkenal dengan sebutan doi moi yang dicanangkan oleh pemerintah Vietnam, mampu merubah kebijakan ekonominya sehingga Vietnam memiliki ekonomi terbuka. Dibukalah jalur investasi asing. Dengan adanya keterbukaan ekonomi ini maka akan memberikan peluang bagi Vietnam untuk memperkuat ekonomi dan pertahanannya. Meskipun secara ideologis negara ini menganut sistem sosialis, namun, Partai Komunis Vietnam tetap memberikan peran kepada swasta dan masyarakat untuk bergerak dibidang ekonomi.
Pemerintah Vietnam menarik investasi asing sebanyak mungkin kedalam negeri. Seperti konfrensi yang diadakan di Paris, terdaftar 16 negara pendonor yang akan memberikan investasi kepada Vietnam.
Salah satunya yakni Jepang, dengan memberikan bantuan sekitar US$ 550 juta. Agaknya Jepang memang tidak tanggung-tanggung membantu Vietnam. Dari catatan penanaman modal di Vietnam, 4 Agustus lalu, Jepang tercatat melakukan investasi di sana sebanyak 59 proyek dengan nilai US$ 517 juta.
Investasi Jepang itu tampak lebih besar dibandingkan dengan penanaman modal yang dilakukan negara-negara industri lainnya. Prancis, yang pernah menjajah Vietnam, hanya memiliki 51 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 408 juta. Inggris cuma melakukan investasi sebanyak 14 proyek dengan nilai US$ 375 juta.[5] Tidak kalah dengan negara-negara lainnya, negara-negara macan Asia seperti Taiwan, misalnya, menggarap 139 proyek dengan nilai US$ 1.680 juta. Hong Kong sebanyak 159 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 1.570 juta. Korea Selatan menanam modal untuk 77 proyek yang mempunyai nilai sekitar US$ 748 juta. Para investor asing ini diberikan penghapusan pajak pada periode tertentu dan hak guna bangunan selama 75 tahun.
Berkat adanya bantuan dari negara-negara donor tersebut, ekonomi Vietnam mualai perlahan membaik. Berada dalam rentan angka 7 dan 8% per tahunnya selama periode 1986-1990. Hasil ini ditandai dengan adanya peningkatan GNP Vietnam.
Namun, perlu diingat bahwa dengan jumlah bantuan yang begitu banyak, pihak Hanoi harus memperhitungkan permasalahn yang akan timbul pada saat pembayaran cicilan hutang dan bunga dilakukan. Pengalaman negara-negara sedang berkembang di Asia Tenggara, yang saat ini terjebak oleh pembayaran cicilan dan bunga utang menjadi pelajaran bagi Vietnam.[6]
Setelah rencana dan strategi pembangunan sosial yang berdasarkan hasil rencana sosio-ekonomi lima tahun antara tahun 1995-2000 ternyata membuahkan hasil, yakni adanya perbaikan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi berjalan secara linear dengan tingkat kesejahteraan rakyat, hal ini diketahui berdasarkan HDI (Human Development Index).[7]
Kebijakan Doi Moi juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk turut serta dalam partisipasi ekonomi. Pada tahun 1998, Vietnam bergabung menjadi anggota ASEAN, dan menjadi anggota APEC (Asia Pacific Economic Co), serta ikut merealisasikan perdagangan bebas ASEAN yakni AFTA pada tahun 2006 dan menjadi anggota WTO pada tahun yang sama.
Adanya Doi Moi sangat berpengaruh bagi perkembangan perekonomian Vietnam.  Dari sitem pasar sosialis terpusat menjadi pasar liberal merupakan transformasi yangcukup signifikan dan memberikan dampak yang begitu besar.
B.   Pengaruh Reformasi  Doi Moi terhadap Perpolitikan Vietnam
Vietnam sebagai negara bekas koloni Prancis dan Jepang dengan perkembangan ideologi komunisnya merupakan negara yang memiliki dinamika perpolitikan yang sangat unik dan menarik. Tidak terlepas dari bagaimana Vietnam melewati masa kritisnya pasca perang Vietnam dan pembentukan reformasi ekonomi Doi Moi.
Perpolitikan Vietnam walau dilatarbelakangi oleh pengaruh komunis, namun terdapat pengaruh budaya yang sangat kuat dari China sebagai negara yang pernah menjadi bagian kerajaan administrasi China. Pengaruh tersebut terlihat dari adanya nilai-nilai konfusianisme dan Buddhisme Mahayana di dalam sistem politik maupun birokrasi Vietnam. Sistem perpolitikan Vietnam sendiri berpedoman pada konstitusi 1992 yang berorientasi pada sosialisme, namun orientasi tersebut bergeser dengan pengaruh komunis yang kuat dalam organ pemerintahan dan politik Vietnam.
Menyimak kembali terhadap bagaimana reformasi Doi Moi dapat mempengaruhi prubahan arah bentuk fokus dari perpolitikan Vietnam tidak terlepas dari masa awal Vietnam yang merupakan neraga yang lebih memihak terhadap kubu Uni Soviet dan Cina pada masa perang dingin,  yang  telah disebutkan sebelumnya bahwa hal tersebut membawa pengaruh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam struktur  pemerintahan Vietnam.
Di mana sebenarnya ada beberapa sikap politik negara kapitalis yang membuat Vietnam menjadi musuh nyata bagi negara-negara kapitalis yang berniat menjajahnya seperti Amerika Serikat (AS). Di mana  dukungan Amerika Serikat kepada Prancis. Sehingga Vietnam yang sedang berseteru mempertahankan wilayahnya tentu saja tak senang dengan sikap politik AS itu. Serta pembangunan basis militer Amerika Serikat di Thailand. Sebagai respon, Vietnam bersama Cina segera memberikan dukungan kepada gerakan komunis di dalam negeri Thailand. Selain itu, hal ini membuat Vietnam menganggap negara-negara yang mendukung AS yang kapitalis sebagai negara boneka AS.
Dengan semangat melawan imperialis ini politik luar negeri Vietnam semakin berkembang ke arah revolusioner. Kemenangan dalam perang Vietnam melawan Amerika merupakan pemicu perubahan struktur  tata negara Vietnam sendiri, sebab dari kemenangan tersebut terbentuk citra internasional yang memandang Vietnam sebagai negara yang kuat,  tidak hanya sebagai negara miskin,  tetapi dari kelemahan ekonominya pada masa itu kemenangan  tersebut dapat meningkatkan citra Vietnam.
Alur sejarahnya sendiri dimulai Pada tahun 1977 di mana Vietnam semakin meningkatkan agresivitasnya  dengan melakukan invasi atas Kamboja. Cina yang tak setuju memberi pelajaran dengan menyerang Vietnam Utara dan membantu tentara Khmer Merah yang mengungsi di wilayah pinggiran Barat dan Utara Kamboja.[8] 
Selain itu, Perserikatan  Bangsa-Bangsa pun meminta  Vietnam menarik pasukannya untuk mundur dari Kamboja, sehingga Dari tahun 1979 semakin banyak negara yang menolak invasi Vietnam, yaitu 91 sampai tahun 1984 yaitu 110 negara menolak. Ketidaksetujuan ini diikuti dengan menolaknya negara-negara itu untuk menjalin hubungan dengan Vietnam. [9] Vietnam yang baru awalnya mendapat simpati dunia atas kemenangan perang Vietnam di tahun  1975 harus kembali terisolir dari inetraksi internasional, maka dari hal ini lah Doi Moi memulai peran pentingnya.
Pertama, karena isolasi dari warga dunia, pemerintahan Vietnam memutuskan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat. Kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan tidak bisa terus dibiarkan. Kedua, hal itu membut Vietnam menarik mundur pasukan dari Kamboja. Penempatan dan peperangan sangat menguras anggaran negara dan untuk itu mesti dikurangi. Ketiga, tahap selanjutnya, pemerintahan Vietnam mulai melaksanakan Doi Moi atau Renovasi yang lebih menekankan kerjasama internasional setelah keterpurukan ekonomi.[10]
Perubahan agresivitas Vietnam menjadi lebih terbuka terhadap bentuk politik luar negeri Vietnam yang tidak lagi memandang dunia dalam pemahaman sosialis versus  kapitalis membuat Vietnam pun  mulai melaksanakan kerjasama bahkan dengan negara-negara Barat dan Amerika.  Pasca Perang Dingin, politik luar negeri Vietnam bertambah pragmatis. Berubahnya agresivitas Vietnam ini salah satunya membuat ASEAN menerima keanggotannya pada tahun 1995. 
C.   Perbandingan Reformasi Doi Moi Vietnam dan Reformasi Ekonomi China
Vietnam dan China merupakan realitas dua negara authoritarian di bawah rejim Komunis. Secara pesimis keduanya dinilai tidak mampu mengkonsolidasi demokrasi. Namun, pertumbuhan ekonomi pesat hasil kebijakan Doi Moi yang diinisiasikan Vietnam tahun 1987 dan Reformasi ekonomi Cina tahun 1978 merupakan sinyal positif bagi demokratisasi.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Vietnam tidak setinggi ledakan ekonomi Cina, namun keduanya tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang konsisten. Baik Vietnam maupun Cina muncul sebagai negara komunis yang perekonomiannya maju.[11]
Perbedaan yang terlihat adalah pada proses dan teknis strategi kebijakan ekonomi, serta arah kebijakan yang kian demokratis yang lebih nyata pada Vietnam bila dibandingkan dengan China. Proses reformasi yang terjadi di Vietnam relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan China. Secara singkat proses reformasi ekonomi keduanya dapat digambarkan dalam bentuk Big Bang Versus Gradual. Pemerintah Vietnam relatif lebih responsif terhadap kondisi perekonomiannya dan menyadari pentingnya reformasi.[12]
Secara teknis, juga terlihat perbedaan dari aktor inisiatif. Doi Moi Vietnam diinisiasikan oleh elit politik yakni VCP (Vietnam Communist Party), sedangkan reformasi China dilakukan oleh kelompok petani. Kebijakan Doi Moi Vietnam merupakan keputusan yang dihasilkan dari pertimbangan domestik dan perbandingan dengan lingkungan sekitar. Pertama, pertimbangan domestik didasarkan pada pandangan elit terhadap politik luar negeri yang sebelumnya tidak begitu efektif serta memberi manfaat terhadap perekonomian domestik yang merupakan tolak ukur keberhasilan negara. Yang kedua, kondisi ekonomi domestik yang dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara yang mengalami kemakmuran membuat Vietnam mulai merasa tertinggal.[13]
Reformasi ekonomi China pada tahun 1978 membuahkan hasil pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun proses yang terjadi dalam masa reformasi ekonomi China berbeda dengan yang terjadi pada Vietnam. Strategi stimulus pembangunan ekonomi China yang semula difokuskan pada pengembangan daerah-daerah pedesaan mengalami perubahan secara bertahap pada tahun 1984, perubahan strategi pembangunan ekonomi dengan sangat hati‐hati mengarahkan China ke ekonomi market oriented dan difokuskan pada spesifik area perkotaan. Reformasi ekonomi dengan strategi pembangunan ekonomi terbatas tersebut menciptakan daerah‐daerah zona ekonomi yang eksklusif dialiri modal asing dan teknologi. Hal ini kemudian menghasilkan disparitas ekonomi yang tinggi antara masyarakat perkotaan dengan pedesaan yang kesempatannya sangat terbatas untuk berkembang. Dampak lebih lanjutnya adalah tidak meratanya distribusi pendapatan dan berujung pada kesenjangan hidup yang kontras antara masyarakat desa dan kota.
Bentuk dari alur perbandingan antara kedua reformasi ekonomi ini dapat dilihat dari gambar:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jshi/article/viewFile/1125/1218

NB: Tulisan ini merupakan bagian dari tugas mata kuliah Pol Pem Asia Tenggara oleh, Herni  Putrianti           20100510033, Khairiyah 20100510101, ST Khadijah Tinni 20100510112, Tety Rachmawati                              20100510183, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

[1] Dikutip dari http://www.tapchicongsan.org.vn/details_e.asp?  Object=29152838&News_ID=18459436
[2] Dikutip dari http://www.cpv.org.vn/cpv/Modules/News/NewsDetail.aspx?co_id=30107&cn_id=144322
[3] Dikutip dari http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-investasi-adalah-definisi.html
[4] Scott  London. The Political Philosophy of John Dewey. http://www.scottlondon.com/reports/dewey.html
[5] Dikutip dari http://www.lestari.info/2012/02/vietnam-setelah-do-moi.html
[6] Ibid., hal 1
[7] Helmia Asyathri, Perbandingan Demokratisasi Vietnam Dan China (Efek Doi‐Moi Vietnam 1987 Dan Reformasi Ekonomi China 1978)
[8] Stephen J. Morris. 1999. Why Vietnam Invaded Cambodia: Political Culture and the Causes of War. California: Stanford University Press, hal. 221.
[9] Arif Baktiar. Doi Moi. Dikutip dari http://ariefbakhtiar.wordpress.com/2010/10/27/doi-moi/ 
[10]Ibid .
[11] Pertumbuhan ekonomi kedua negara dilihat dari GDP pasca reformasi, GDP Vietnam padsa tahun 2009 mencapai 6.3% dan Cina mencapai 8,7% dalam http://www.indexmundi.com/vietnam/gdp_real_growth_rate.html. 
[12] Dikutip dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jshi/article/viewFile/1125/1218
[13] Ibid.


1 komentar: