Laman

Rabu, 26 Desember 2012

Russia’s Collapse

sumber gambar: world-mysteries.com
"Tulisan ini merupakan hasil review dari Jurnal yang berjudul sama yaitu Russia's Collapse yang ditulis oleh Anders Aslund sebagai bagian dari tugas Mata Kuliah Pol Pem Rusia Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta"
oleh Herni Putrianti (20100510033) dan ST Khadijah Tinni (20100510112)

Di tahun 1998 ekonomi Rusia dalam keadaan yang genting dan dapat dikatakan hampir runtuh. Namun, setelah mengalami di titik nadir pada akhirnya Rusia mencoba bangkit kembali. Produksi industri kemungkinan akan meningkat secara signifikan, dan industri memerankan pertumbuhan tercepat dengan menggunakan mesin tidak lagi dengan bahan mentah, kehutanan, tekstil, makanan dan mobil penyimpanan bahan. Barat harus menahan diri untuk hanya membuang lebih banyak uang di Rusia dan sebaliknya memikirkan kembali apa yang Barat dapat dan harus lakukan untuk membantu Rusia. Banyak yang berpendapat bahwa Rusia yang bernasib buruk akibat shock terapi dari reformasi radikal yang terlalu cepat. Namun semua tindakan itu menunjukkan bahwa ekonomi Rusia tidak mengalami liberalisasi, dan keruntuhan keuangan membuatnya jelas bahwa masalah Rusia yang sebenarnya disebabkan oleh reformasi yang lambat dan parsial.
Di mana adanya kelompok kecil pengusaha memperkaya diri sendiri dan kemudian merusak kredibilitas banyaknya politikus dan pejabat. Mereka semua berkomplot untuk melakukan reformasi ekonomi liberal, yang akan merangsang pertumbuhan dan membantu populasi keseluruhan, karena reformasi mengancam dominasi mereka. Rusia menderita bukan dari pasar bebas akan tetapi dari korupsi yang berkembang dan peraturan berlebihan oleh negara. Tragedi Rusia adalah menandakan bahwa reformis tidak pernah punya cukup kekuatan untuk mengesampingkan masalah-masalah kepentingan.
Meskipun reformasi fundamental pajak telah dilakukan selama bertahun-tahun, itu telah diblokir oleh pengusaha yang berpengaruh yang sekarang membayar sedikit pajak atau bahkan tidak ada. Antara tahun 1992 dan 1998 ketika Viktor S Chernomydrin menjabat sebagai perdana mentri, negara Rusia diperluas dengan 1,2 juta birokrat hampir dua persen dari total tenaga yang ada. Membuat kurangnya kompetisi akan mendorong meningginya harga dan menyebabkan kemiskinan.
Elite Rusia mulai membuat diri mereka kaya di Uni Soviet dengan tiga sumber utama yaitu, komoditi ekspor, pinjaman subsidi dan makanan impor. Cara mematikan yang mereka lakukan pun adalah dengan membeli komoditas seperti logam atau minyak di Rusia dengan harga terkontrol rendah di negara bagian, dan kemudian mereka menjualnya dengan harga dunia yang lebih tinggi.
Elite bisnis memiliki cara alternatif untuk menambah keuntungan mereka di awal 1990 melalui pinjaman murah dari Bank Sentral Rusia. Di bawah sistem Soviet, fungsi ekonomi suku bunga telah ada dan tetap pada tiga persen per tahun. Pembaru ini telah gagal untuk mendapatkan kendali Bank Sentral yang diawasi oleh semidemokratik. Munculnya oligarki adalah hasil langsung dari reformasi lambat dan parsial. Jika harga komoditi ekspor dan impor telah diregulasi pada tahun 1992 dan jika tingkat bunga pasar telah dibebaskan, keberuntungan tersebut menguntungkan bagi para elit bisnis tersebut. Rusian pun dipaksa untuk merestrukturisasi untuk bertahan hidup, seperti yang terjadi di Polandia dan Estonia. Sebaliknya, Rusia pindah  dari pendapatan diferensiasi yang serupa dengan Eropa.
Salah satu beberapa langkah penting yang dapat mereformasi keadaan ekonomi Rusia yang telah diambang keruntuhan yang dapat dikatakan benar-benar berhasil adalah dengan melakukan privatisasi. Privatisasi ini pun disalahkan oleh para elit ekonomi karena beberapa alasan:
1.      Karena ini hanya transparansi transfer kekayaan, semua orang melihatnya, sedangkan mereka tidak bisa melihat arus keuangan yang jauh lebih besar.
2.      Hanya sedikit yang menyadari bahwa manajer minyak telah menjadi sangat kaya sebelum privatisasi dan benar-benar menolak, atau tahu bahwa bankir kekayaan yang digunakan diperoleh dari kredit bersubsidi dan perdagangan komoditas untuk membeli perusahaan.
Secara jelas, privatisasi bukanlah yang menyebabkan masalah ekonomi Rusia. Melainkan selalu ada orang yang berusaha mengambil keuntungan dari itu, di mana sejak munculnya hal milik pribadi yang berorientasi menghasilkan uang. Dan masalah utamanya bukan pada bisnis pribadi yang bersifat resmi tetapi melainkan adanya intervensi pejabat negara yang luas dan sewenang-wenang yang sangat membatasi hak milik pribadi.
Situasi  Rusia saat itu yang sangat tragis dengan maraknya politik korup, ekonomi yang bangkrut, dan utang besar yang tidak bisa dihindari. Bank dunia pun memperlihatkan hasil dari dinamika ekonomi Rusia di tahun 1997 yang di mana paska komunis perekonomian Rusia semakin buruk dan bahkan diprediksi reformis lebih mungkin akan gagal. Tetapi tidak menutup kemungkinan reformasi tersebut pun akan berhasil seperti yang dilakukan oleh negara-negara Baltik, seperti Georgia, dan Kyrgyzstan yang telah menuai manfaat terbesar. Oleh karena itu, perdana menteri Gaidar dan pemerintah reformasinya sangat ingin reformasi ekonomi Rusia yang radikal sebelum mendapat perlawanan yang terorganisir.
Dari imbas krusial ekonomi yang dialami Rusia seakan menjadi pintu gerbang bagi Barat untuk melancarkan intervensinya pada negara komunis tersebut melalui dana bantuan untuk menekan semua langkah yang diperlukan untuk reformasi ekonomi Rusia, liberalisasi harga komoditas, deregulasi ekspor, penyatuan nilai tukar, dan pembentukan suku bunga pasar, yang merupakan unsur standar dari setiap program International Monetary Fund (IMF).
Keterlibatan IMF di Rusia adalah pada musim semi tahun 1995, dengan perjanjian yang dibelah dua defisit anggaran hingga lima persen dari PDB dan peningkatan inflasi yang rendah. Dikatakan bahwa tujuan politik  kredit IMF tersebut jelas untuk semua pihak: membantu Presiden Yeltsin dalam menghadapi ancaman komunis yang kuat. Hal ini memperlihatkan IMF kehilangan kredibilitas ekonominya.
Maraknya dan meningkatnya investor asing ke Rusia pun dengan sinyal yang sama: Rusia terlalu besar dan dengan nuklir yang dimilikinya sehingga sangat memberikan pengaruh yang besar jika mengalami kegagalan. Sehingga hal ini mendorong arus masuk investasi asing.
Hal aneh tentang keruntuhan keuangan Rusia adalah bahwa hal tersebut jelas berlangsung dari Oktober 1997, ketika pasar saham jatuh 20 persen dalam satu hari, namun tidak cukup memprovokasi perubahan kebijakan. Pemerintah Rusia, IMF, dan Barat semua didorong membentuk kebijakan yang masuk akal, dan disampaikan kepada Duma pada bulan Juli 1998. Tetapi Duma, dengan dukungan dari sebagian besar elit bisnis, dengan dingin menolaknya, mendorong negara mereka ke dalam ambang batas jurang keuangan.
Penolakan yang di lakukan oleh elit bisnis ini dipengaruhi oleh anggapan mereka yang meyakini bahwa mereka akan menyelesaikannya dengan mengalihkan uang mereka pada bentuk perekonomian yang lain, tetapi mereka tidak menyadari begitu banyak konsekuensi yang akan mereka hadapi. Penjelasan lain adalah bahwa pengusaha Rusia digunakan untuk beralih atas sumber pendapatan cepatdan menganggap investor Barat adalah penghalang. Dan dalam lingkaran bisnis Moskow ini, reputasi yang baik tidak berarti jujur ​​melainkan sebaliknya.
Berbagai upaya dilakukan salah satunya dengan pengeluaran obligasi pemerintah, tetapi tidak memberikan dampak yang baik pula. Pengurangan kebutuhan perusahaan Rusia pun dilakukan untuk membayar pajak tetapi masih memungkinkan mereka untuk mengambil dari subsidi pemerintah. Di samping itu, pengusaha berpengaruh mendorong suku bunga dengan menghasut destabilisasi rubel. Asalkan rubel tidak benar-benar runtuh, ini adalah pertaruhan menguntungkan, dengan tingkat pengembalian yang mencapai 100 persen per tahun. Walaupun pendanaan IMF dan Bank Dunia seharusnya dikondisikan pada reformasi ekonomi, mereka yang diuntungkan dari intervensi negara sering berhasil memblok liberalisasi.
Kejatuhan keuangan, bagaimanapun, membawa kerugian besar bagi hampir semua pengusaha Rusia yang besar. Andrei Shleifer dari harvard dan Robert W. Vishny dari University of Chicago telah mengamati, cara terbaik untuk memerangi korupsi adalah mendorong persaingan proses penyuapan. Krisis keuangan bulan Agustus adalah hasil logis dari perang oligarki itu. Pada akhirnya, negara Rusia tidak bisa lagi memberikan cukup uang untuk memuaskan selera rakus para birokratnya yang korup.
Adapun anggapan yang beredar bahwa ada dua cara  Rusia dapat keluar dari krisis ekonomi: secara alami dan melalui keajaiban. Cara alami adalah bahwa malaikat Mikail dan semua malaikat turun ke bumi dan bekerja 12 jam sehari untuk menyelamatkan perekonomian Rusia. Cara ajaib adalah bahwa Rusia melakukannya sendiri.
Rusia sebagian besar menyadari bahwa satu-satunya solusi untuk kesulitan ekonomi adalah kerja keras. Dengan mengikuti proses perkembangan dan perbaikan ekonomi yang dilakukan Polandia. Di Polandia setelah darurat militer dengan atmosfer suram diperkenalkan dibandingkan dengan Rusia di masa melemahnya perekonomian sangat lah mirip. Sehingga Polandia dapat menjadi contoh yang mencerahkan. Dengan kesuksesan ekonomi yang menakjubkan, dan tingkat pertumbuhan yang stabil dari enam persen per tahun.  Semua itu didorong dengan penjelasan kondisi Polandia yang begitu jujur.
Dalam satu dekade, Barat mungkin menyadari bahwa Rusia adalah salah satu negara tertua dengan salah satu budaya terkuat di Eropa. Rusia sampai sekarang menderita dari satu anomali yang serius: dominasi ekstrim negara. Bagian penting dari penjelasan untuk membandingkan Polandia dan Rusia bahwa Polandia memiliki sejarah korupsi yang sangat tinggi seperti yang dialami Rusia, tetapi mayoritas masyarakat Polandia memilih untuk melakukan perubahan. Dan dengan terpilihnya mayoritas reformis menjadi anggota parlemen, reformasi radikal pun menjadi mungkin di Polandia. Dan itulah yang diharapkan dapat terjadi di Rusia.

Tetapi hal tersebut akan sangat mengalami kendala yang besar di mana pemerintahan yang reformis di Parlemen Rusia berturut-turut telah terus-menerus memilih menentang serius liberalisasi pasar, reformis sejati yang berkuasa hanya dari November 1991 sampai Juni 1992. Halangan pun selalu datang dari elit yang nyaman dengan kebiasaan korupsi, sehingga cara terbaik untuk mengendalikan mereka adalah melalui demokrasi yang efektif.
Krisis keuangan telah memberikan efek penting pada ekonomi riil Rusia. Pengeluaran publik yang lebih kecil dan lebih transparan sejalan bisa lebih mudah ditargetkan kepada yang paling membutuhkan. penerimaan negara lebih rendah telah memaksa pemotongan birokrasi dan akan memfasilitasi deregulasi, membiarkan bisnis berfungsi lebih baik. reformasi pajak yang radikal di tempat lain di wilayah terjadi di negara-negara seperti Georgia, dan Kyrgyzstan.
Jika keinginan Rusia adalah untuk disembuhkan dari krisis ekonomi yang melandanya, maka jalan yang harus dilakukan pun adalah dengan pemaksaan kepada elit untuk terus menghadapi kendala pengetatan anggaran. Dengan memandang pada pengalaman Polandia pada 1980-an yang instruktif. Di mana Polandia tidak menerima dana Barat melainkan membuka pasar. Negara pun diuntungkan dari jutaan orang Polandia yang melakukan perjalanan, belajar, dan bekerja di Barat- peluang ini lah yang seharusnya dilakukan juga oleh Rusia.
Diprediksi pula untuk menangani mulai runtuhnya perekonomian Rusia maka pemimpin yang lebih moderat akan lebih berkemungkinan besar menang dalam pemilihan presiden karena yang dibutuhkan oleh masyarakat Rusia adalah keterlepasan dari krisis ekonomi melalui keterbukaan pasar. Dan meskipun masalah serius korupsi tetap merajalela, media Rusia melakukan pekerjaan yang baik dalam mengekspos hal itu, dan dengan sumber daya negara yang berkurang meninggalkan sedikit hal untuk dicuri oleh para birokrat korup tersebut.
Rusia pun perlahan-lahan bangun setelah trauma yang luar biasa. dengan sedikit keberuntungan, kejutan ekonomi ini telah memicu perubahan mendasar dalam nilai-nilai sosial, yang di mana setiap perubahan tersebut akan memakan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar