Laman

Selasa, 17 Januari 2012

Sinopsis Teater I LA GALIGO


Setelah 7 tahun di pentaskan di seluruh belahan dunia, akhirnya pada akhir April 2011, pegelaran teater I LAGALIGO di pentaskan di kampung halamannya, Makassar, Sulawesi-Selatan, tepatnya tanggal 23-24 April 2011 di Benteng Rotterdam. Adapun ringkasan dari jalan cerita pegeralan teater tersebut, ialah:

SINOPSIS

Prolog : Akhir dan Awal dunia tengah dikosongkan
I Laga Ligo berkeberatan: “Tunggu! Jika dunia Tengah diakhiri sekarang, siapa yang akan ingat legenda Sawe ragading? Aku, I Laga Ligo, adalah putranya. Berikanlah aku waktu untuk menceritakan kisah keluargaku dan para dewa.” Mulailah I Laga Ligo.
Adegan satu : Penciptaan Dunia Tengah
Para dewa dari dunia atas dan bawah setuju mengirim anak-anak mereka mengisi dunia tengah. Mereka tidak menjadi dewa jika tidak ada satu pun yang menyembah mereka. Patotoqe’, dewa tertinggi dunia atas, memerintahkan anaknya Batara Guru turun ke dunia tengah. Karena mereka keturunan dewa, mereka menjadi penguasa kerajaan Luwuq. Ketika mereka menikah, puluhan sepupu dan pelayan mereka bergabung dengan mereka di Dunia Tengah. Dewi Sri membawa kesuburan bagi tanah dan orang-orang. Semua wanita di bumi melahirkan, kecuali Sang Ratu.

Adegan Dua: Kelahiran Si Kembar
Upacara-upacara digelar untuk membantu persalinan yang sulit. Pendeta Bissu bersikeras bahwa persembahan darah harus “mengalir seperti sungai”. Orang-orang bertempur. Akhirnya sepasang Kembar Emas Lahir. Sawe’rigading, yang ditakdirkan menjadi raja pejuang besar, lahir dengan baju zirah lengkap. We’ Tenriabe’ng, saudara perempuannya, yang ditakdirkan menjadi pendeta, lahir dengan peralatan lengkap upacara Bissu. Sebuah ramalan memperingatkan orang tua mereka bahwa anak-anak mereka ini ditakdirkan jatuh cinta. Untuk menghindari hubungan terlarang itu, yang akan memicu kehancuran kerajaan, si kembar dipisahkan sejak lahir. Mereka tidak boleh pernah bertemu! Mereka dapat memiliki segalanya di Dunia kecuali satu sama lain.

Adegan Tiga: Menjelajahi Dunia
Ketika kembar menjadi dewasa, We’Tenriabe’ng tersembunyi dalam tempat rahasia istana, dan Sawe’rigading dan para sepupunya berlayar menjelajahi dunia. Setelah sebuah petualangan yang gagal untuk menghidupkan jiwa seseorang wanita muda cantik yang terjebak di pulau orang mati, Sawe’rigading yang sedih di beritahu bahwa wanita paling cantik di dunia, yaitu kembaran-nya, tinggal di bagian rahasia istana di tanah kelahirannya. Diam-diam ia pulang untuk menemukannya.

Adegan Empat: Pertemuan Terlarang
Sesampainya di istana, Sawe’rigading menggunakan kekuatan gaibnya untuk membuat semua orang istana tertidur dan menyelinap ke kamar We’Tenriabe’ng. Sawe’rigading terpesona oleh kecantikan saudara perempuannya yang luar biasa, dan menyatakan cintanya. We’Tenriabe’ng juga segera terkesan dengan kakaknya, tapi menolak dia sambil menjelaskan kutukan yang akan menimpa kerajaan jika mereka saling mencintai. Sawe’rigading meninggalkan kamar adiknya dan langsung menghadap ayahnya. Dia meminta izin menikahi adiknya. “Tidak. Kau harus mendahulukan kepentingan kerajaan daripada kesenanganmu sendiri.”

Adegan Lima: Kebingungan dan Kepetusasaan
Sawe’rigading pergi untuk menghibur dirinya dengan perempuan dan adu ayam, tetapi ia tidak dapat melupakan We’Tenriabe’ng. Dia meminta ayahnya izin tinggal satu tahun dengan adiknya. Jika tidak setahun, sebulan, sehari, satu jam! “Tidak, bahkan sekedipan mata pun tidak,” jawab ayahnya. “Tidak!” Hampir gila dengan hasrat, Sawe’rigading memutuskan bahwa jika ia tidak dapat memiliki We’Tenriabe’ng, yang lain juga harus menderita rasa sakit yang sama ia rasakan. Dia mulai berkelahi dan membunuh orang-orang kerajaan. Satu-satunya yang bisa menghentikannya adalah adiknya. Di tengah kekacauan, We’Tenriabe’ng muncul.

Adegan Enam: Sang Putri dalam Kuku Ibu Jari
We’Tenriabe’ng muncul dari istana. Semuanya menghilang dan si kembar berdua saja. We’Tenriabe’ng bertanya mengapa Sawe’rigading ingin menikainya, padahal dia bisa memiliki siapa pun di bumi. “Karena kecantikanmu, wajahmu, lekuk punggungmu, kulitmu yang bercahaya,” kata sawe’rigading. We’Tenriabe’ng menjawab “Jika hnya tubuhku yang kauinginkan, ada jalan keluarnya. Lihatlah ke dalam kuku ibu jariku, dank au akan melihat wajah sepupu kita, We’Cudaiq, yang bagai pinang dibelah dua denganku. Ia adalah putrid Cina dan ditakdirkan untuk menjadi pengantinmu.” We’Tenriabe’ng mementrai Sawe’rigading supaya bermimpi bercinta dengan We’Cudaiq. Karena Sawe’rigading masih enggan meninggalkan adiknya, We’Tenriabe’ng bersumpah bahwa kalau kakaknya itu tidak jatuh cinta kepada We’Cudaiq, dia akan menerimanya, apa pun yang terjadi. Sawe’rigading setuju pergi, tetapi ia tidak memiliki sebuah kapal yang cukup besar untuk membawanya ke Cina yang jau sekali.

Adegan Tujuh: Pohon Agung
Dengan bantuan para dewa, We’lenre’ngge’- pahon terbesar dan paling suci di dunia- ditebang dan lantas tenggelam ke Dunia Bawah dan muncul sebagai armada kapal. Sawe’rigading memohon pengampunan dari pohon atas pemotongan pohon suci itu, dan bersumpah tida akan kembali ke Luwuq. Sawe’rigading dan pohon sam-sama telah terputus akar mereka selamanya. Si kembar mengucapkan salam terakhir perpisahan mereka dengan janji bahwa, biarpun mereka tidak bisa bersama, mungkin anak-anak mereka akn menikah. We’Tenriabe’ng naik ke dunia atas, tahap terakhir dalam perubahannya menjadi pendeta Bissu. Sawe’rigading bersumpah tidak lagi kembali ke Luwuq, dan berangkat dengan armadanya ke Cina yang jatuh. Air mata We’Tenriabe’ng jatuh dari langit sebagai hujan lembut mengguyur Sawe’rigading dan armadanya.

Adegan Delapan: Takdir Disangkal
Di Cina. We’Cudaiq, dikelilingi oleh dayang-dayangnya, sedang berdandan. Setelah tiba Sawe’rigading mengirimkan burung terpercaya untuk mata-matai We’Cudaiq. Si burung kembali dan melaporkan bahwa We’Cudaq lebih cantik daripada We’Tenriabe’ng. Sawe’rigading meminta izin Raja dan Ratu Cina untuk menikai putrid mereka dan mulai mengirim mahar yang banyak sekali ke istana. Dayng-dayang We’Cudaiq salah mengira bahwa salah seorang sepupu Sawe’rigading adalah pangeran itu, dan melaporkan ke We’Cudaiq bahwa laki-laki yang di janjikan kepadanya berwajah jelek, kotor, liar, jorok, dan kasar. Meskipun serupa benar dengan We’Tenriabe’ng, perangai We’Cudaiq sebaliknya, suka mementingkan diri sendiri dan dangkal. Takut tampak bodoh menikah dengan seorang liar berwajah jelek, dia menolak pernikahan. Mahar segara dikembalikan. Para sepupu Sawe’rigading meyakinkan bahwa ia harus bertempur untuk kehormatan diri dan rakyatnya. Dia setuju dengan syarat bahwa We’Cudaiq tidak terluka. Hamper semua orang di kerajaan dibunuh. Ayah We’Cudaiq menegaskan kepada putrinya bahwa kalau ia tidak menikahi Sawe’rigading, We’Cudaiq hanya akan di jadikan gundik. We’Cudaiq setuju dengan syarat kerajaan dipulihkan, semua prajurit dihidupkan kembali, pernikahan tidak dirayakan, dan dia tidak sudi menerima Sawe’rigading pada siang hari atau melihat wajahnya.

Adegan Sembilan: Cinta yang Ganjil
We’Cudaiq melipat dirinya dengan tujuh sarung, terkunci di belakang tujuh gerbang yang dijaga ketat, dan menolak bertemu Sawe’rigading. Sedih dan kesal, Sawe’rigadeng tidak mau memaksakan dirinya kepada We’Cudaiq., tapi angin membawa pesan dari adiknya yang telah mengamatinya dari tempat tinggalnya di dunia atas. “We’Cudaiq adalah takdirmu. Kau harus mengejarnya. Aku akan membantu.” Dua kucing ajaib yang dikirim oleh adik perempuannya dari dunia atas membantu Sawe’rigading berjalan ke kamar We’Cudaiq. Dia terus berkunjung tiap malam. Meskipun We’Cudaiq akhirnya menikmati petualangan malam mereka, ia masih menolak menatap wajah dan bersikeras bahwa Sawe’rigading meninggalkan kamar saat fajar. Akhirnya, yakin ia tidak akan pernah memenangkan hati istrinya, Sawe’rigading pergi ke kerajaan lain dantidak kembali ke kamar We’Cudaiq. Tapi We’Cudaiq sudah hamil. Dia menyembunyikan kehamilannya, dan ketika si anak lahir ia memerintahkan pelayannya, “Lemparkan anak itu ke sungai dan umpankan ke anjing-anjing, aku tidak pernah ingin memandang anak orang liar itu!” Sawe’rigading mengambil putra mereka, I Laga Ligo, dan membesarkan dia.

Adegan Sepuluh: I Laga Ligo dan Akhir Dunia Tengah
Tahun-tahun berlalu. Sendirian dan kesepian. We’Cudaiq mengetahui bahwa anaknya telah tumbuh menjadi seorang pria muda yang tampan dan ia rindu melihat putranya. Sebuah sabung ayam besar diatur, semua orang di kerajaan harus hadir. Melihat I Laga Ligo dan sawe’rigading, We’Cudaiq terpana oleh keelokan mereka. “Siapa anak yang tampan dan siapa pula orang jatmika yang bersamanya itu?” Tanya We’Cudaiq kepada ayahnya, “ ia pasti dikirim oleh para dewa khusus untukku” “itu adalah anakmu dan orang itu adalah suamimu, sawe’rigading, yang pernah kamu siksa dan tolak.” We’Cudaiq memancing anak dan suaminya datang ke istana. Akhirnya, berdiri bersama-sama, bertatap muka dalam terang hari, We’Cudaiq jatuh cinta setengah mati kepada Sawe’rigading. I Laga Ligo, anak muda yang sombong dan manja, sekarang tinggal sendirian. Dia adalah seorang pemuda mata keranjang, nakal, dan bisa disebut pecundang yang buruk. Sementara ia menjelajah dari pulau ke pulau, menikahi banyak perempuan dan mencuri istri orang lain, suara ayah Sawe’rigading terdengar. Semua keturunan para dewa harus kembali ke Luwuq untuk reuni keluarga.

Epilog: Akhir dan Awal
Tidak dapat melupakan adiknya, Sawe’rigading melanggar sumpahnya dan kembali ke Luwuq. Permintaan si kembar agar tidak boleh saling bertemu dikabulkan dan Sawe’rigading dan We’Tenriabe’ng pun berjumpa. Tiba-tiba, suara potoque’ memberitahu kepada semua bahwa Dunia Tengah akan debersihkan. Semua keturunan dewa harus kembali ke Dunia Atas dan Dunia Bawah. Sawe’rigading menjadi penguasa dunia bawah; We’Tenriabe’ng menjadi penguasa dunia atas . dunia tengah jatuh dalam kekacauan. Setelah beberapa generasi, putrid Sawe’rigading dan putra We’Tenriabe’ng akan dikirim ke dunia Tengah. Mereka akan memenuhi sumpah orang tua mereka, menikah dan menjadi penguasa baru dunia tengah. Pelangi yang menjadi sarana dewa-dewa melakukan perjalanan di antara jetiga dunia digulung dan disimpan. Gerbang yang menghubungkan dunia tengah dunia atas dan dunia bawah tertutup dan di gembok selamanya. Para dewa tidak akan lagi campur tangan langsung dalam urusan manusia. Sepasang manusia menentukan jalan mereka sendiri di dunia baru tanpa dewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar