TIM KKN UMY 2013 Bersama Keluarga Besar Panti Islam Yayasan Ibadah Bunda (PAIYIB) |
PROLOG
“Akh?
KKN??? Kok bisa??? Ya gak adil donk. Anak HI kan jatahnya magang. Kok ada KKN? Apa
relevansinya dengan ilmu kita??? Mau diajarin politik tuh tempat kita KKN???”
Ini lah kesemrawutan yang terjadi di kalangan mahasiswa HI UMY angkatan 2010 yang telah memasuki semester 6, semester terakhir mereka mengambil teori. Ancang-ancang pun untuk segera memilih institusi untuk praktek kerja atau magang telah dilakukan, tetapi setelah adanya informasi perubahan regulasi ke KKN, mahasiswa HI jadi ribut, suara-suara ketidaksetujuan semakin keras terdengar.
Ini lah kesemrawutan yang terjadi di kalangan mahasiswa HI UMY angkatan 2010 yang telah memasuki semester 6, semester terakhir mereka mengambil teori. Ancang-ancang pun untuk segera memilih institusi untuk praktek kerja atau magang telah dilakukan, tetapi setelah adanya informasi perubahan regulasi ke KKN, mahasiswa HI jadi ribut, suara-suara ketidaksetujuan semakin keras terdengar.
Banyak
kawan yang merasa perubahan kebijakan ini tidak tepat atas implementasi ilmu yg
diperoleh di kelas. Selain itu, HI adalah jurusan yang selama beberapa tahun
belakang tidak memiliki kebijakan KKN. Aspirasi pun terus disampaikan ke pihak
jurusan, dan akhirnya setitik cahaya mulai menampakkan diri. Jajak pendapat di buka.
Tetapi harapan tinggal harapan. Regulasi KKN tetap saja disetujui dengan tawaran
keringanan bahwa mahasiswa HI UMY 2010 dapat membuat tema dan mencari lokasi
yang sesuai dengan tema tersebut.
Pencarian
anggota tim dimulai, hingga terkumpul lah Jey, Tari, Syasya, Wulan, Tety,
Irwan, Bambang, Fahri, Helmi, dan Afif. Sebuah kolaborasi yang terbilang unik.
Dari yang paling “kafir” hingga yang paling “suci” ada, dari yang paling
“liberal” hingga “sosialis” yang mengarah “komunis” berbaur jadi satu.
Perekrutan
diperluas. Ya, anak HI butuh anak jurusan lain.
Suatu
hari yang juga mendung salah seorang anak Jurusan Komunikasi tiba-tiba saja
megirimkan pesan singkat yang menyatakan kesediaannya. Dia adalah Youmi. Janji untuk
berjumpa pun dibuat dan Café Rumah Bamboo menjadi saksi bisu pertemuan tim HI
dengan dara keturunan Bali tersebut. Radita yang biasa disapa Rara, anak asli
Tangerang pun ikut bergabung. Sudah 12 orang dan masih terasa ada yang kurang.
Kekosongan itu terisi ketika 4 wanita cantik Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UMY
ikut bergabung. Panggil mereka Arin, Novi, Tami, dan A’yun.
16
anak manusia telah terpilih. Ini lah awal kami, tim KKN UMY 2013 melangkahkan
kaki menuju Panti Asuhan Islam Yayasan Ibadah Bunda (PAIYIB), lokasi yang tidak
sebatas gedung putih bertamankan bunga-bunga indah, tetapi PAIYIB kedepannya menjadi rumah kedua kami.
PAGI
ITU
Mari
kita awali kisah sederhana ini di Pagi itu. Pagi yang kala mentari menyapa
dengan malu, awan putih mendominasi langit biru, hingga hati bertanya-tanya,
akan kah hujan turun pagi itu? Kami tentu berharap tidak. Karena pagi itu kami
akan memulai sebuah kisah baru. Berjumpa dengan kawan-kawan di PAIYIB. Kawan-kawan
yang sebulan kedepan akan menjadi bagian terpenting kami. Hari itu hari Rabu, tanggal
8 Mei 2013.
Terbayang
dalam ekspektasi kami bahwa proses KKN ini akan sangat sederhana. Selain lokasi
KKN yg di tengah kota dan jadwal yg dapat disesuaikan dengan waktu kuliah,
kawan-kawan panti pun sudah cukup usia untuk memahami dinamika sosial yg ada,
sehingga kami merasa hal-hal tersebut akan sangat membantu. Tetapi ternyata betul
kata orang tua kita, manusia tidak hanya terdiri dari warna merah atau biru
saja, setiap orang ada warnanya, yg tidak dapat disamakan dengan warna-warna
yang lain.
Tidak
hanya warna para anggota tim KKN yang sangat beragam dan berusaha ingin dileburkan
dalam 1 paham, tetapi selalu saja benturan-benturan menghadang. Entah itu miss
informasi, entah itu ketidak beresan penjalanan kewajiban, atau pun dalam hal
remeh temeh, seperti cinta lokasi (haha hal terakhir itu masih praduga saja).
Tetapi ini lah kami. Kami sekali lagi bukan merah atau biru saja. Kami rainbow. Selalu hadir ketika hujan mulai
redah, selalu ada untuk membuat hari kelabu menuju cahaya.
Hal
tersebut kami pun rasakan ketika berintraksi dengan kawan-kawan panti. Mereka
penuh warna yang indah dan bersinar terang. Dari yang paling kalem, hingga yang
paling semangat sangat mudah dijumpai di antara mereka.
Susah,
sedih, kesal hingga amarah membuncah, rasa kecewa dan prustasi pun tidak lupa
untuk menghampiri perjalanan KKN ini.
Tapi ini lah proses. Tahap pembelajaran bagi kami untuk memahami sesama
anggota tim, memahami kawan-kawan panti, serta kelompok kecil masyarakat yang
ada.
Pagi
hari kami jalani dengan piket hingga sore, pagi terlalu panjang dan kita
habiskan di ruang tamu mungil sambil bersender pada sofa cokelat yang busanya
kini mungkin telah mulai mengempes karena terus diduduki oleh Wulan. Hahaha
Sore
menyapa, jam dinding menunjuk ke angka 4. Kami berpindah ke aula berukuran 4x3
di lantai dua, ruangan yang menyimpan banyak memori. Walau di atas rak buku
terdapat tulisan besar bukti peninggalan kampus lain, tetapi kami cuek saja,
kami bilang dalam hati, It’s time for us,
yg lalu biarkan berlalu, tidak peduli apakah akan ada pembanding-bandingan
dengan yang telah usai, tapi ini lah kami.
MALAM
ITU
Mentari
mulai lelah dan senja mengintip di ufuk barat. Sebentar lagi malam tiba. Walau
kami hanya mengabiskan waktu di malam hari kurang dari seperdua dari waktu di
pagi hari, tetapi malam lah yang mengumpulkan kawan-kawan panti bersama kami.
Malam dan langit hitamnya pula lah yang semakin mendekatkan kami kepada mereka.
Teringat
kala malam-malam yang akan kami lalui di panti semakin sedikit, malam-malam itu
pun semakin sepi. Canda tawa, keriuhan, ejekan, dan tanggapan-tanggapan kritis
yang sering terdengar di malam-malam sebelumnya, menjadi tak semeriah biasanya.
Hanya ada 2-3 kawan-kawan panti yang
menemani materi malam itu.
Harap-harap
cemas bahwa malam-malam kami akan ditutup tanpa kehadiran mereka, seakan
menjadi momok yang menakutkan (lebay haha). Tetapi benar adanya, semangat
membuncah untuk berbagi ilmu di malam-malam itu terkikis waktu dan kewajiban
lain. Segala upaya kami lakukan, dari mengirimkan pesan singkat untuk hadir ke
kelas, atau pun menjemput kawan-kawan putri dari rumah mereka, tetapi kami pun
tidak dapat memaksakannya, karena dari awal sudah ada kesepakatan tidak
tertulis yang kita pegang.
Malam-malam
itu menjadi murung, tetapi malam terlalu panjang untuk diratapi. 2-3
kawan-kawan panti yang hadir, kami jadikan suntikan semangat yang sangat
berarti.
Akhirnya
malam terakhir pun menjumpai kami. Malam di hari Senin, tanggal 10 Juni 2013
menjadi malam terakhir kami. Malam yang sebenarnya tidak ingin kami temui.
Seperti prosesi penyerahan yang sebulan yang lalu kami agendakan di pagi itu, prosesi
sederhana penarikan tim KKN pun kami laksanakan juga.
Berbeda
dengan prosesi penyerahan tim KKN, pada prosesi penarikan Alhamdulillah tidak
ada lagi kesalahan pemanggilan “Mas” oleh MC kepada Bapak Zahrul Anam selaku dosen
pembimbing lapangan. hahaha Tidak lupa sebuah lagu dari Ipang berjudulkan Sahabat
Kecil menjadi curahan hati yang malu-malu kami utarakan. Kami sepakati tidak
ada air mata di malam itu, yang ada adalah senyum bahagia, karena malam itu menjadi
awal baru kami untuk selanjutnya berkenalan dengan kawan-kawan panti tanpa
harus dibebani tugas dari almamater kami.
Ya,
Malam itu pun telah terlalui. Malam itu kini menjadi memori yang diam-diam kami
tertawakan bersama. Kami pun ingin mengaku kepada malam, bahwa kami akhirnya
berucap syukur atas adanya aturan baru KKN ini. Aturan yang akhirnya memberikan
kami kenangan-kenangan tersebut. Terima kasih malam, eh terima kasih juga pagi,
jangan kapok untuk kami ajak main lagi.
Tambahan:
Terima
kasih kami ucapkan kepada Allah SWT karena telah mempertemukan kami dengan
keluarga besar Panti Asuhan Islam Yayasan Ibadah Bunda (PAIYIB) yang memberikan
sambutan hangat kepada kami dan atas pengajaran yang telah dibagi bersama.
Terima kasih kepada Ibu Anti dan Bapak. Kepada Mbak Nia, kepada Ibu Siti dan
Ibu (satunya lagi aku lupa namanya), serta kepada kawan-kawan panti. (Kepada
Oki, Faiz, Rifan, Riswan, Rafi, Wisnu, Cahyana, Indro, Deny, Eko, Dimas, Nico, Arman
“Cmet”, Arif, Bagus, Ega, Mas Gangsar, Mas Ranto, Siti, Eka, Nurul, Devara,
Putri, Dewi, Mbak Dea, Retno, Reza, dan Fafa). Kalian Istimewa, Kalian Keluarga
Baru Kami.
NB: Tulisan ini dibuat dalam rangka ucapan terima kasih atas penerimaan PAIYIB sebagai lokasi KKN kami, serta interaksi yg hangat bersama kawan-kawan tim KKN sangatlah penuh kenangan... ^_^